Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - ‘Halo’, kataku menyambut telepon.
‘Oh, kakak!!, Mbak Sari mana kak’, suara diseberang menyahut.
‘Sindi??, kapan balik ke Jakarta, mbakmu lagi piket, telepon aja ke
HP-nya deh, sahutku sambil bertanya. ‘Gak usah deh kak, sampaiin aja
kalo aku pertengahan juni mo balik, aku kangen banget deh’ jawabnya
lagi.
‘Oke, deh ntar aku sampaikan, take care ya’ jawabku datar dan menutup telepon.
Kemudian ingatanku melayang beberapa tahun lalu, dimana saat itu dia
banyak problem,.. cowok, drug, bahkan sempat pula berurusan dengan pihak
berwajib karena tertangkap tangan atas kepemilikan Narkoba. Atas
saranku Sindi, adik kandung Sari ke Jakarta dan sekarang telah bekerja
di Singapura untuk memulai sesuatu yang baru.
Sindi 30 th, seperti juga saudaranya berwajah cantik, kulitnya
bersih, mata lebar, hidung mancung, rambut berombak di ujung dengan
postur tubuh proporsional. Karena obsesi untuk mandiri dan sifatnya yang
keras kepala itulah dia terperosok dalam problem berkepanjangan.
Sindi sebelumnya tinggal di Surabaya, disana dia bekerja sebagai
penyanyi. Dari pekerjaannya itulah (yang sebenernya tidak kami sukai)
Sindi sempat ditahan polisi 1 malam karena narkoba, sebelum kami
datang-dipanggil untuk memberi keterangan.
Sejak peristiwa ditahannya Sindi 3 tahun lalu, Sindi sering telepon
aku dan bercerita tentang keadaannya, teman lelakinya dan biasanya cukup
lama, minimal 30 menit. Sindi lebih dekat denganku dan sering ‘curhat’
daripada kakaknya. Dalam setiap pembicaraan, Sari selalu memberi tanda
agar aku ‘merayu’ Sindi untuk pindah ke Jakarta dan mencari pekerjaan di
sini.
Sari tau kedekatan kami itu, bahkan mendorong untuk dapat
mengontrolnya melalui aku, karena sejak kecil Sindi memang susah nurut
dan bandel. Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai tanggung jawab
seorang kakak terhadap adik, sebelum terjadi ‘sesuatu’ yang tidak
semestinya kami lakukan.
Awal maret 2018, Sindi telepon memintaku untuk menjemputnya di
stasiun Gambir, Sari sangat gembira dengan berita itu dan segera
mempersiapkan kamar untuknya. 13 maret 2018 aku jemput Sindi sendiri,
karena anak bungsuku sakit, dan kami duga demam berdarah. Sindi datang
sendirian, padahal rencananya bersama Hendry ‘cowoknya’ yang keturunan.
‘Kok, sendirian kak??’ mana ponakan2ku, tanya Sindi saat aku sambut barang2 bawaannya.
‘Andi lagi sakit, kayanya demam berdarah deh, terpaksa diisolasi dari
sodaranya’ jawabku ngeloyor menuju mobil. Sambil merokok dan berlari
kecil Sindi mengikuti aku, ‘Kesian yah, aku kangen ama mereka’ katanya.
‘Kak, tau nggak knapa aku kesini?? tanyanya di mobil.
‘Yah, loe mau refreshing, loe udah sadar dan mau kerja yang sesuai ama ijazahmu, khan?’ jawabku sekenanya.
‘Yang lain donk’ komentarnya manja.
‘Apa yaa, paling putus atau mo lari dari cowokmu, hahahaha’ aku tertawa geli karena pinggangku digelitiknya.
‘Sekarang bulan apa kak?’
‘Maret’ jawabku sambil terus nyetir
‘Bulan maret ada apa ya??’ Sindi mengerling, tangannya meremas tanganku saat di persneling..
‘Sindi,.. Apaan sih’, kataku berusaha menepis tangannya yang kemudian
bergerak mau gelitiki aku lagi. Tanganku ditangkapnya, digenggam
kemudian dicium sambil bertanya manja
‘Kakak sayang Sindi nggak sih?’
‘Sindi.. aku kakakmu, aku sayang kamu seperti Sari menyayangimu’ kataku jengah dan menarik tangan .
‘Kak,.. aku sayang dan mengagumi Kak rizky, lebih dari itu.., aku
sayang ama kakak, karena bisa ngertiin aku, pahami aku, bisa ngemanjain
aku dan..tau nggak, aku bisa orgasme kalo lagi teleponan ama
kakak’..katanya sambil meraih tanganku lagi.
‘Sindi.. aku gak mau ngerusak semuanya dengan perbuatan bodohmu’,
jawabku marah namun sebenernya menahan gejolak. Sindi terdiam dan
melepas tanganku. Itulah 30 menit pembicaraan kami di perjalanan menuju
ke rumah.
Sampai di rumah Sari menyambutku dengan ciuman sambil bilang mo ke RS
karna andi anak ke tiga ku panas udah lebih dari 2 hari. Aku segera ke
kamar melihat keadaannya, sementara Sindi dan Sari menuju ke kamar di
lantai 2 yang telah disiapkan.
‘Maa, cepetan yah’ aku beri isyarat agar Sari segera bersiap.
‘Sindi, mandi terus istirahat dulu yaa, ntar ngobrolnya deh’ kata Sari ama Sindi..OK boss sahut Sindi.
Singkatnya Andi harus segera dirawat di RS saat itu juga.
‘Andi maunya ditemenin ama mama aja yaa? pinta anakku lirih..
‘Iya sayang, mama akan temenin anak tersayang mama deh’ Sari menghibur.
‘Janji ya maa..’
Setelah Andi tidur aku rundingan ama Sari, keputusannya adalah aku
akan nungguin Andi malem dan langsung berangkat kerja dari RS.
‘Paa, sekarang jemput Sindi ya.. ajak dia kesini, sekalian bawain aku beberapa pakaian, aku pengen ngobrol disini’.
‘Oke sayang’, jawabku setelah merasa semua beres.
Sesampainya di rumah, aku siapkan beberapa pakaian yang pantas,
termasuk pakaian dalemSari. Aku naik ke lantai 2 (kamar Sindi) mo ambil
tas, kuketuk pintu dan memanggilnya.. Tapi gak ada sahutan, aku berasa
gak enak dan telepon istriku
‘Kalo gak dikunci masuk aja deh paa, soalnya semua tas ada disana’
‘Tungguin si Bengal itu bangun, biarin dulu dia istirahat ntar kalo bangunin sekitar jam 12-an.
Aku manusia biasa, seorang lelaki mana yang tidak tergoda dengan
keadaan ini ; gadis cantik tertidur pulas, tanpa selimut. Sangat
menggairahkan dengan rambut setengah basah tidur terlentang hanya dengan
CD kecil terikat di pinggul dan sepasang bukit indah bebas tanpa
penutup, ada kesempatan lagi. Aku terpaku untuk sesaat.. bathinku sedang
berperang.. dan.. akhirnya aku menyerah.
Kuhampiri Sindi (yang sedang tertidur??), aku ambil selimut yang
terjatuh di lantai dan menutupi tubuh indah itu, tapi Sindi sepertinya
gak mau di selimuti. Gerakan tangannya menolak diselimuti. Aku kembali
terdiam.., kuberanikan diri menyentuh tangannya,.. gemetar aku rasakan
saat itu,..
Sindi masih terlelap bahkan mengeluarkan suara mendengkur. Nafsu
sudah menguasai bathinku juga ragaku, penisku sangat2 tegang.. Sindi
lebih cantik, lebih putih lebih tinggi dari Sari.. dengan jari tengahku,
kutelusuri tangannya hingga ketiak..Sindi menggeliat dan menyamping
seakan memberiku ruang untuk duduk di sebelahnya.
Benar-benar kesempatan telah berpihak padaku,.. kuulangi sentuhan
jariku, aku belai rambutnya yang lembab dan berombak, aku cium
keningnya, aku belai wajahnya sambil memanggilnya pelahan,.. “Sindi..,
bangun sayang..mbakmu suruh kamu ke RS..”, (dengar atau gak aku gak
peduli) kuulangi kata-kata itu sambil terus membelai.., Sindi malah
melingkarkan tangannya kepinggangku.
Tanpa kusadari tanganku telah membelai kedua bukitnya, mempermainkan
putingnya, sambil mengecup perlahan bibirnya. Sindi membuka matanya dan
mendesah perlahan .. kakk, aku sayang kakak, aku ingin kakak sayang aku
lebih dari seorang adik .. sebulan lebih aku meninggalkannya .. aku
benci dia..
ternyata dia telah berkeluarga, dan sampai saat ini belum kutemukan
figur yang aku cari, kak.. sayangi Sindi.. tangannya menuntun tanganku
kedaerah yang paling intimnya yang telah lembab, ketika jariku sedikit
menekannya.. Ditariknya tubuhku sehingga menindih tubuhnya..
Sepertinya Sindi in the mood. Dalam keadaan masih berpakaian, aku
peluk Sindi dan menindihnya, kami bergerak seirama seakan sedang
bersenggama.. Tiba-tiba telepon berteriak nyaring, seakan menyadarkan
agar tidak berbuat lebih lanjut.
‘Pahh, udah bangun si Bengal tuh,.. Siram air aja kalo gak bisa,
cepetan nih udah jam berapa sekarang? gerah nih, jangan lupa dasterku’.
OK, jawabku dengan nafas masih memburu menahan nafsu. Permainan kami terhenti dengan un happy ending..
14 maret, Di tempat kerja setelah mendapat ucapan selamat dan ciuman
pipi dari rekan2 atas ulang tahunku, aku masih nggak abis pikir.. why it
happen?? jahat amat aku,.. disaat usia bertambah tua, anak sedang
sakit.. aku malah mengumbar nafsu.. IPARKU lagi.. Udahlah I wont do that
again, biar Sindi yang nunggu Andi .. pikirku.
Jam 14.30 sepulang kerja, aku mampir ke Pizza Hut beliin makanan
kesukaan Andi sebelum ke RS. Saat dikamar Sindi menyambutku dengan
ciuman mesra di bibir.. met ulang tahun sayang.., Gila nih anak
pikirku.. ‘Sari’, aku memanggil istriku..
Sari keluar kamar mandi, langsung memelukku, ‘Met ulang tahun pah..
hadiahnya ntar aja nunggu Andi sembuh, katanya main mata nakal. Sekitar
jam 19.30 aku mo balik, pulang ganti baju. ‘Pah, ntar aja pulangnya, jam
21 an aja soalnya Andi gak mau kalo gak ditungguin mama, papa dirumah
aja deh..’ biar mama yang tungguin Andi.
‘Yah..gimana nih, ntar kamu ditemenin Sindi ya, papa mo pulang urusin
si rio ama intan’. ‘Tadi Sindi bilang tadi mo ktemuan ama temennya,
mungkin dia mo keluar malem ini, pulang bareng ama papah aja ya, ntar
kasi kunci cadangan rumah di laci lemari ya’ jawab Sari.
Gawat..tapi ada rasa senang juga terbersit di pikiranku. Malaikat
bathinku menyayangkan kenapa Sari begitu percaya pada hubungan kami,
sedang syaitan di jiwa-ragaku bersorak kegirangan sampai penisku
berkedut.
Singkatnya kami tinggalkan Sari yang menjaga Andi. di perjalanan
Sindi bilang ingin memberiku sesuatu untuk melampiaskan apa yang
terpendam di sanubarinya dan membohongi kakaknya sendiri. Seperti biasa
Rio dan intan udah berada di kamarnya jam 21.
(Sari sangat disiplin dalam mendidik anak). Aku periksa tas mereka
nge-cek PR. Setelah mencium pipi mereka, aku turun dan mandi, (Sindi
udah ke kamarnya). Jam 23 after I call Sari 2 say good night, terdengar
ketukan pintu, saat kubuka Sindi menerobos masuk dengan pakaian tidur
cream.
‘Kak, .. Sindi mau tidur ama kakak, pengen dipelukin dan dimanjain..
Saat itu yang pertama bereaksi adalah si Ucok di dalam sarung dan
berteriak mengacung.. MERDEKA.. Dapat dibayangkan 2 orang berlainan
jenis dalam 1 kamar yang dingin.. Sindi memelukku.. aku balas memeluknya
erat. Sangat lama kami berpelukan.. Dalam posisi berdiri, kami
berpelukan seakan berdansa.. setelah puas, aku gendong Sindi ke
pembaringan.., kurebahkan dia, kutanggalkan pakaian tidurnya, Sindi
hanya menggunakan G string.,..
Sindi pasrah, menikmati, badannya yang polos.. Sindi memandangku saat
aku buka sarung, satu2nya penutup bagian tubuhku.. Kurebahkan diriku
disamping tubuhnya, aku cium dan rasakan tiap jengkal tubuhnya, bukitnya
yang putih begitu indah mencuat, kontras dengan tanganku yang hitam..
Kak.. Aku sering mimpikan ini.. kak.. puaskan aku.., sayangi aku..
Kuremas bukit indahnya sambil menciumi putingnya,.. Sindi
menggelinjang hebat.. tangannya meraih penisku.. Dikocoknya perlahan..,
kumasukkan tanganku, ke dalam CD G string hitam Sindi, Sindi mengangkat
pinggulnya membantuku melepas satu2nya penutup tubuhnya. Lembab dan
basah vagina Sindi oleh lendir hasrat, kutekan ujung jariku sedikit
masuk, otomatis pinggulnya mengangkat dan berusaha agar jariku masuk
lebih dalam.. beberapa lama aktifitas itu aku lakukan. Sindi pengen
hisap punya kakak.. pintanya.
Aku segera berdiri dengan penis masih teracung tegak, Sindi bangkit
mengulumnya.. woww hisapannya ruarr biasa, penisku seakan berada dalam
genjotan vaginanya.., segera aku atur posisi 69 untuk menikmati lendir
gairah yang udah disediakan, setelah beberapa menit Sindi menggelinjang
sambil berteriak, ‘kak.. Sindi pengen keluar, Kak .. genjotan-nya tambah
liar. Kuhentikan jilatanku dan kuposisikan penisku penetrasi ke
vaginanya yang benar-benar basah.
Clepp, mudah sekali penisku menerobos masuk, aku berusaha
mempertahankan very slow..kurasakan benar dinding-dinding vagina Sindi,
saat kutemukan g spotnya, (sedikit dibawah permukaan dalam di bawah
clitnya) kuarahkan agar tetap menyentuh area itu..
Sindi benar2 tak dapat menguasai diri akibat genjotan yang kulakukan,
dijepitnya pinggangku dengan kaki dan ditahannya pada posisi yang
dikekehendaki.. Kakk.. kurasakan denyutan dahsyat otot vagina Sindi,
sangat kencang, lebih kencang dari denyutan Sari.., God.. i’m cumming..
teriaknya.
Saat kedutannya mengendor, kupercepat gerakanku, aku ingin
menuntaskan genjotan ini.. beberapa genjotan sampai terasa telah hamper
sampai, aku tarik penisku dan tumpahkan semua di luar.. Sindi agak
kecewa.. namun aku tak segila itu untuk mempunyai seorang anak lagi.
Begitulah pengalamanku dengan adik iparku, Setelah Andi pulang, aku
selalu berusaha mencari kesempatan untuk bersenggama dengannya dan
menikmati genjotan-nya, Sindi sempat tinggal selama 6 bulan sebelum ada
panggilan kerja di Singapura.
0 comments:
Post a Comment